- Antropologi Islam
1)
Koentjaraningrat
Koentjaraningrat
lahir di Yogyakarta tahun 1923. Beliau lulus Sarjana Sastra Bahasa Indonesia
Universitas Indonesia pada tahun 1952. mendapat gelar MA dalam antropologi dari
Yale University (Amerika Serikat) tahun 1956, dan gelar Doktor Antropologi dari
Universitas Indonesia pada tahun 1958. Sebelum menjalani pensiun tahun 1988, ia
menjadi gurubesar Antropologi pada Universitas Indonesia. Beliau pernah pula
menjadi gurubesar luar biasa pada Universitas Gajah Mada, Akademi Hukum
Militer, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, dan pernah diundang sebagai
gurubesar tamu di Universitas Utrecht (Belanda), Universitas Columbia, Universitas
Illinors, Universitas Ohio, Universitas Wisconsin, Universitas Malaya, Ecole
des Hautes Etudes en Sciences Sociales di Paris, dan Center for South East
Asian Studies, Universitas Kyoto. Penghargaan ilmiah yang diterimanya adalah
gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Utrecht (1976) dan Fukuoka Asian
Cultural Price (1995).
Menurut beliau,
dalam menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia, kita belum terikat
oleh suatu tradisi sehingga kita masih dapat memilih serta mengkombinasikan
berbagai unsur dari aliran yang paling sesuai yang telah berkembang di
negara-negara lain, dan diselaraskan dengan masalah kemasyarakatan di
Indonesia. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain Atlas Etnografi
Sedunia, Pengantar Antropologi, dan Keseragaman dan Aneka Warna Masyarakat
Irian Barat.
2)
Parsudi Suparlan
Prof. Parsudi
Suparlan adalah seorang Antropolog Nasional, ilmuwan sejati, yang berjasa
menjadikan Antropologi di Indonesia memiliki sosok dan corak yang tegas sebagai
disiplin ilmiah, yang tak lain adalah karena pentingnya penguasaan teori.
Beliau lulus Sarjana Antropologi dari Universitas Indonesia tahun 1964.
Kemudian menempuh jenjang MA lulus pada tahun 1972 dan PhD lulus tahun 1976 di
Amerika Serikat. Beliau mencapai gelar Guru Besar Antropologi Universitas
Indonesia tahun 1998. Menurut beliau, antropologi merupakan disiplin ilmu yang
kuat, karena pentingnya teori, ketajaman analisis, ketepatan metodologi, dan
tidak hanya sekedar mengurai-uraikan data. Selain itu, juga pentingnya
pemahaman yang kuat mangenai konsep kebudayaan dan struktur sosial.
2. Antropologi
Barat
1)
Clifford Geertz (1926 – 2006)
Profesor
Clifford Geertz adalah seorang tokoh antropologi asal Amerika Serikat. Beliau
dijuluki sebagi Tokoh Antropologi Segala Musim. Hal ini dikarenakan
pemikirannya yang selalu mengikuti zaman. Karyanya yang berjudul The Religion
of Java adalah suatu karya yang berciri kuat structural-fungsionalisme klasik.
Geertz juga diakui sebagai salah satu pembuka jalan bagi pemikiran
postmodernisme dalam ilmu-ilmu sosial. Hampir dalam setiap karya dan
perbincangan teori antropologi di dunia mengutip karya-karyanya, sekalipun
perbincangan tersebut mengkritik/kontra dengan pemikirannya. Salah satu
pemikirannya yang mengandung relevasi dan merefleksikan kondisi masyarakat dan
kebudayaan kota masa kini adalah tesis tentang involusi pertanian yang dapat
dilacak dalam buku Agricultural Involution, The Process of Ecological Change
in Indonesia (1963).
2)
James Danandjaja (1934 – …)
James
Danandjaja dilahirkan di Jakarta 13 April 1934. Beliau adalah tokoh Folklor (adat-istiadat
tradisional dan cerita rakyat yg diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak
dibukukan) Nusantara yang pertama. Bagian budaya yang bernama folklor itu
berupa bahasa rakyat, ungkapan tradisional, teka-teki, legenda, dongeng,
lelucon, nyanyian rakyat, seni rupa, dan lain sebagainya. Ilmu tentang folklor
ia perkenalkan kepada mahasiswa jurusan Antropologi FISIP Universitas Indonesia
sejak tahun 1972. pada mata kuliah tersebut, para mahasiswa antara lain
ditugasinya mengumpulkan berbagai folklor di tanah air. Hasil pengumpulan
itulah, antara lain yang ia gunakan untuk bukunya. Ia mendapatkan Master dari
Universitas Berkeley tahun 1971 dengan karya tulis yang kemudian diterbitkan
sebagai buku, An Annotated Bibliography of Javanese Folklore.
Gelar Doktor dalam bidang Antropologi Psikologi ia peroleh dari Universitas
Indonesia tahun 1977, dengan disertasi Kebudayaan Petani Desa Trunyan di
Bali. Buku lain karya Jimmi adalah Pantomim Suci Betara Beratak dari
Trunyan, Bali dan Upacara Lingkaran Hidup di Trunyan, Bali, serta Folklor
Indonesia.
..ghoy..