Kamis, 03 April 2014

MASYARAKAT ISLAM KAWASAN

Artikel

HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN KAUM MUSLIM SINGAPURA
(Oleh: Yoga Permana Sasmita)

Jazirah Arab merupakan tempat lahir serta awal menyebarnya agama Islam. Cukup panjang perjalan Islam untuk bisa menyentuh wilayah Eropa, Amerika dan Asia, yang penyebarannya tidak lepas dari peranan para saudagar yang melakukan perjalanan untuk berdagang. Selain itu, mereka melakukan dakwah untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang damai dan tidak bertentangan dengan kebudayaan masing-masing daerah yang dituju tersebut. Dengan demikian, sebagai ajaran yang sangat universal, Islam mudah di terima oleh hampir semua lapisan masyarakat.

Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab sekitar abad 7 Masehi. Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat India yaitu pada abad ke 17 Masehi.  Pendapat lain mengatakan kedatangan Islam dibawa oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak bukti-bukti yang menunjukan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat, peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Qur’an.

Perkembangan Islam di Asia Tenggarapun melalui lika-liku yang cukup panjang. Hingga akhirnya menghasilkan 3 negara yang mayoritas penduduknya muslim, yaitu di negara Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Sedangkan di Negara-negara lainnya di Asia Tenggara, Islam masih menjadi agama yang minoritas, salah satunya adalah di negara Singapura.

Singapura sebagai sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara, awal mulanya didirikan dan dibangun oleh Sir Stamford Raffles pada tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan pelabuhan militer dibawah kekuasaan Inggris. Namun, sekitar tahun 1826 Singapura menjadi tempat pusat perdagangan yang menarik para pedagang untuk singgah. Hingga akhirnya pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura, tetapi kembali ke tangan INggris pada tahum 1945. Kemudian tahun 1959, Singapura menjadi Negara persemakmuran dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura lepas dari Malaysia dan merdeka seutuhnya.

Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Kaum Muslim datang ke Singapura sebagai pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknya migran asli atau paling awal. Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masayarakat Islam minoritas, Pertama, mereka terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik.

Keminoritasan Islam di Singapura juga terjadi salah satunya  disebabkan oleh prinsip kunci yang ada di Singapura mengenai setiap penyerapan suatu praktek hukum atau norma harus sesuai dengan kondisi budaya, sosial dan ekonomi setempat. Kita ketahui bahwa Singapura merupakan negara dengan perkembangan yang pesat dengan adaptasi hukum Inggris.

Meskipun demikian, umat Islam di Singapura tetap mengusahakan adanya hukum Islam di negara Singapura. Keberadaan hukum Islam di Singapura tidak bisa terlepas dari peran umat Islam yang ada di negara tersebut. Umat Islam Singapura berusaha keras untuk mendekati pemerintah Singapura agar mengesahkan suatu undang-undang yang mengatur  Hukum Personal dan Keluarga Islam di Singapura. Setelah diupayakan selama bertahun-tahun, barulah pada tahun 1966 pemerintah mengeluarkan  rancangan undang-undang parlemen dan menerima UU Administrasi Hukum Islam (AMLA). UU ini telah dinilai oleh perwakilan dari berbagai suku dan mazhab yang ada di Singapura.

Pada tahun 1966 AMLA mengusulkan pembentukan MUIS (Majlis Ugama Islam Singapura/Islamic Religious Council of Singapore) sebagai suatu badan hukum. MUIS di harapkan dapat  menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal yang berkaitan dengan  agama Islam di Singapura. Tugas MUIS disini sama seperti MUI di Indonesia, tugas mereka mengatur kegiatan Islam di Singapura seperti mengeluarkan sertifikasi halal untuk makan yang menurut ketentuan Islam baik untuk di konsumsi. Melakukan perhitungan waktu shalat di Singapura, menjadi penyelengara pernikahan secara Islam.

Seperti di negara-negara sekuler lainnya, Islam di Singapura tidak mendapatkan tempat yang cukup. Misalnya saja, tidak boleh ada kumandang adzan. Seseorang boleh melakukan adzan di masjid, namun suaranya tak boleh keluar dari masjid. Ini yang diberlakukan oleh MUIS. Hal ini dilakukan supaya orang non-muslim yang mayoritas tidak terganggu. Tak ada usaha dari MUIS untuk melakukan protes dan aksi untuk memperbaiki keadaan ini.

Tapi, hal ini tidak berlaku di wilayah Masjid Sultan, salah satu masjid tertua di Singapura. Di sekitar Arab Street ini, adzan boleh dikumandangkan lewat speaker, dan menjalankan fungsinya sebagai pengingat dan pemanggil. Saat ini di Singapura terdapat 69 masjid. Semua masjid ini dibawah admistrasi MUIS sepenuhnya.

Berpacu pada sejarah serta perkembangan muslim di Singapura tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan Negara dan umat muslim di Singapura ini lebih memberatkan kapada keberadaan umat muslim tersebut. Terbukti dari aktifitas yang dilakukan yang berkenaan dengan ajaran Islam dibatasi dengan begitu ketatnya. Mereka tak segan-segan mendeportasi (menyekat/membatasi) mahasiswa Islam yang dinilai mempunyai komitmen terhadap perkembangan dakwah. Selain itu, Singapura sudah terkenal sebagai negara yang menjembatani kepentingan Yahudi di Asia Tenggara. Tidak heran jika kemudian negeri ini menjadi basis Yahudi di kawasan ini. Hal ini pulalah yang menjadi alas an aktivitas ke-Islaman di Singapura tidak banyak. Dengan perkembangan seperti ini, sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu banyak. Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri, hingga adzan bisa berkumandang serta Islam tidak dipandang sebelah mata di Singapura.