Rabu, 13 Juni 2012

POLA BERPIKIR MANUSIA DI DUNIA ISLAM

Islam bukan hanya sebuah nama tetapi juga basis peradaban yang sangat luas menyebar dari Atlantik ke Pasifik dan mencakup kehidupan banyak kelompok etnis termasuk Arab, Persia, Indo-Pakistan, Malaysia, Cina, Afrika, Turki dan lain-lain. Peradaban ini telah menghasilkan sejumlah gerakan spiritual, aliran, teologi, filsafat dan sains yang berada di antara peradaban besar terkaya lainnya dalam wilayah kegiatan intelektual.

Dari semua yang dihasilkan oleh peradaban itu, tidak lepas dari pola pikir manusia. Beberapa abad yang lampau, manusia dituntut untuk mempunyai iman dan kepercayaan yang kuat terhadap suatu keyakinan spiritual agama. Mereka yang di curigai tidak mempunyai iman dan kepercayaan spiritual agama yang kuat, akan dikucilkan oleh masyarakat umum, mereka dianggap sebagai orang sesat dan murtad. Bahkan mereka dapat diajukan kepengadilan sebagai suatu perbuatan jahat yang mengingkari dan menentang kehendak Zat Yang Maha Kuasa.

Spiritual agama Islam tentu saja berhubungan langsung dengan Al-Qur’an dan sunnah Nabi (Hadits). Hal ini berdasarkan pada makna batin ayat-ayat firman Tuhan dan perilaku Nabi yang berkenaan dengan kehidupan batiniah. Dalam sejarah Islam aspek tradisi dalam hal ini dikenal sabagai Althariqah ilallahlah, yang berarti jalan menuju Tuhan, dan kemudian pada suatu waktu dalam kurun kedua abad Islam dikenal dengan nama Tasawuf, walaupun spiritualitas Islam juga ditemukan dalam berbagai bentuk diluar bentuk Tasawuf.

Kemudian memasuki masa dimana ilmu pengetahuan modern berkembang dengan sangat pesat, para ahli dituntut untuk bekerja lebih giat agar dapat menjelaskan seluruh masalah dengan metode ilmiah dan logika. Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang sedemikian pesatnya, sehingga timbul kelompok masyarakat mulai mengambil dasar logika sebagai pandangan hidupnya, menggantikan iman dan kepercayaan.

Perubahan pandangan hidup ini akhirnya menjadi lebih ekstrim. Sehingga sebagian besar masyarakat, mulai menganggap bahwa orang yang mempunyai pandangan hidup dan pikiran yang keluar dari dasar logika dan ilmu pengetahuan adalah orang yang bodoh, kuno, dan tahayul. Demikian pula bagi para umat yang masih menjalankan pembinaan kehidupan spirirual agama dengan berpedoman pada iman dan kepercayaan, akan disebut sebagai orang ortodok yang ketinggalan zaman.

Tetapi sungguh disayangkan, ternyata kerja keras untuk para ahli untuk mengungkapkan segala proses alamiah yang berdasarkan logika dan metode ilmiah, tidak pernah mencapai penyelesaian yang total dan sempurna. Ternyata akhirnya banyak para ahli yang mulai menyadari bahwa semakin banyak yang diketahui, semakin banyak pula yang tidak diketahuinya.

Akhirnya sebagian masyarakat mulai jenuh dengan dasar logika dan ilmu pengetahuan dimana semakin banyak yang terungkap semakin banyak lagi yang harus terungkapkan. Mereka kembali mendalami iman dan kepercayaan seperti di masa lampau, karena mereka menyadari akan pencarian yang tanpa batas tidak pernah dapat memuaskan kehidupan rohaninya.

Setiap manusia pasti memiliki pola pikir dan cara pandang tentang segala hal, karena pada setiap manusia dilengkapi dengan akal. Dari permasalahan-permasalahan yang sering dihadapinya akan melahirkan satu padanganan tentang bagaimana cara atau solusi untuk menghadapi permasalahan-permasalahan itu.

Pola pikir itu sendiri dapat timbul dengan sendirinya ketika manusia itu terbentur oleh suatu permasalahan hingga akhirnya ia akan terbentuk karakternya oleh permasalahannya itu sendiri. Karena ketika kita mulai berpikir maka kita sendiri telah dihadapi  oleh suatu masalah yang mungkin permasalahannya terlalu abstrak hingga sulit untuk diungkapkan dengan kata.

Pandangan-pandangan hidup pada dasarnya terbentuk oleh beberapa faktor yang sangat dominan mempengaruhi manusia, antara lain:
  1. Cita-cita dan angan=> Cita dan angan merupaka awal dari suatu permasalahan yang akan dihadapi sehingga dapat membentuk karakter berpikir serta pola pikir dan pandangan hidup dari suatu permasalahan yang timbul.
  2. Pengalaman=> Pengalaman merupakan guru terbaik yang dimiliki oleh setiap orang. Belajar tidak hanya membaca atau mendengar dan menulis saja, Belajar yang baik adalah  memadukan ketiganya menjadi satu kesatuan yaitu melakukan dengan melakukan maka kita akan membaca karakter permasalahan, menganalisi permasalahan serta mencari solusi dari permasalahan yang dihadapai “analisis” sehingga dengan melalukan maka kita telah belajar baik disengaja atau tidak.
  3. Pendidikan=> Pendidikan merupakan faktor penunjang dari suatu pola pikir cara pandang karena pada dasarnya pendidikan dapat merubah pola pikir dan cara berpikir seeorang. Tentunya akan sangat berbeda cara berpikir dan cara menyelesaikan suatu permasalahan seorang yang mengenyam pendidikan dengan orang yang tidak mengenyam pendidikan. Meski pendidikan tidak dapat sepenuhnya menjadi jaminan pembentukan karakter seseorang tetapi minimal dari pendidikan itulah seseorang dapat menjadi sedikit dewasa dalam segala hal.
  4. Karakter manusia=>Karakter manusia dapat terbentuk oleh pergaulan baik pergaulan dalam akademis “sekolah, kampus atau lembaga lainnya”, ataupun non akademis “keluarga dan masyarakat”. Pergaulan dapat membentuk kepribadian dan pola pikir seseorang.
Keempat faktor tersebut merupakan faktor yang membentuk dan mempengaruhi pola pikir, kedewasaan dan pandangan hidup seseorang karena tidaklah mungkin pandangan hidup serta paradigma beripkir dan kedewasaan seseorang dapat timbul tanpa adanya faktor yang mempengaruhi dan membentuknya, dalam hal ini adalah permasalahan-permasalahan yang dihadapi baik dalam pencapaian suatu tujauan yang berkaitan dengan cita dan angan hingga masalah percintaan.

Hikmah yang dapat diambil disini, bila dihubungkan dengan nilai penting yang dibahas. Bahwa yang dimaksud oleh Allah SWT tentang pola berpikir manusia disini bisa dimaknai sebagai menegakkan sikap-sikap ilmiah sebagai moralitas positif dalam mencapai perintah Khalifah. Mana mungkin bisa menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi, bila tidak memiliki pola pikir dan menguasai ilmu pengetahuan untuk menundukkan alam semesta supaya dapat dikelola dan diambil manfaatnya. Mana mungkin menguasai ilmu pengetahuan, bila masih menganggap metode ilmiah sebagai racun umat. Mana mungkin menguasai ilmu pengetahuan bila masih bersikap tertutup, acuh tak acuh, malas, subyektif, pasrah, ikut-ikutan berlawanan dengan sikap-sikap ilmiah.
                                                                                                                                                 ..[GPS]..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar